Iqbal Anas

Kepala Sekolah SDIT Adzkia Bukittinggi Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadi Guru Generasi Milenial

Menjadi Guru Generasi Milenial

MENJADI GURU GENERASI MILENIAL

Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. (QS. Al Ahzab: 45-46)

Guru merupakan profesi yang sangat mulia. Walaupun masih minim apresiasi namun tetap memberi kontribusi. Mencetak generasi pemimpin masa depan. Ditangan gurulah dibentuk kehidupan anak didik. Tugas guru meletakkan pondasi yang kuat dan kokoh, karena diatas pondasi itulah akan berdiri bangunan yang tinggi. Kalau guru salah dalam mengajarkan maka akan salah kehidupan anak didiknya, tetapi jika guru mengajarkan kebenaran maka akan lahirlah generasi-generasi emas pembela kebenaran dan sekaligus itu tentu menjadi amal sholeh bagi guru itu sendiri. Inilah yang populer dikenal hari ini dengan pendidikan karakter. Guru masa depan salah satunya adalah guru yang berkarakter.

Karakter bisa diartikan kepribadian, sikap, tingkah laku atau akhlaq. Guru masa depan harus memiliki karakter yang kuat. Akhlak yang mulia (akhlaqul karimah), pribadi yang tangguh, disiplin yang tinggi, jujur, memiliki integritas, bertanggung jawab dan mampu menjadi teladan dan motivator bagi peserta didiknya. Sedangkan karakter atau akhlaq dalam islam lahir dari pondasi keimanan yang kokoh terhadap Tuhannya melalui ibadah yang dilakukan secara terus menerus.

Keimanan berbicara masalah prinsip kehidupan seorang guru. Orientasi dan keyakinannya hanya untuk Allah SWT. Sehingga melahirkan keikhlasan dan kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dalam mendidik. Keikhlasan dan kesungguhan seorang guru akan memiliki dampak yang sangat besar dalam kepribadian peserta didik. Guru yang ikhlas dan sungguh-sungguh dalam mengajar akan berbeda hasilnya dibandingkan dengan guru yang mengajar hanya sebatas melepaskan kewajiban.

Setelah keimanan dan keyakinan yang kuat, seorang guru harus membuktikannya dalam bentuk amal ibadah. Sholat lima waktu berjama’ah yang selalu terjaga, rutin melakukan sholat sunnah tahajjud dan sholat dhuha, terbiasa membaca Al-qur’an dalam kesehariannya, suka melakukan puasa sunnah, senang berinfaq dan menolong orang lain. Konsistensi seorang guru dalam melaksanakan ibadah ini memiliki dampak yang sangat besar dalam pribadi guru dan juga sekaligus pasti memiliki dampak yang sangat kuat buat anak-anak didiknya. Sesuatu yang berasal dari hati akan diterima juga oleh hati. Sedangkan yang hanya dari lisan akan habis sampai ditelinga.

Keimanan dan keyakinan yang melahirkan keikhlasan, disertai amal ibadah yang selalu terjaga sepanjang waktu akan membentuk karakter guru yang kuat. Lisannya akan terjaga dari ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat. Pikirannya akan selalu memadang sesuatu dalam sudut pandang kebaikan. Perilakunya juga akan terjaga dari perbuatan yang keji dan tidak baik. Ucapannya akan mudah menyentuh hati peserta didiknya. Sikapnya akan menjadi tauladan bagi siswanya. Maka, lahirlah karakter yang akan dicontoh oleh murid-muridnya. Pendidikan itu adalah keteladanan. Ini sangat kuat pengaruhnya dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar ucapan lisan dalam mendidik dan mengajari muridnya.

Oleh karena itu ketika berbicara generasi masa depan, maka hal terpenting yang menjadi pekerjaan rumah kita hari ini adalah menciptakan guru emas masa depan. Guru yang memiliki karakter yang kuat. Buah dari keimanan yang kokoh dan ibadah yang selalu terjaga. Guru yang bisa menjadi sumber inspirasi bagi siswa-siswinya, guru yang tidak sekedar bisa mengajar tetapi bisa menjadi motivator. Guru yang tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi guru yang mampu mendidik dengan contoh dan keteladanan yang mulia.

Guru emas masa depan adalah guru yang bisa melahirkan generasi-generasi emas yang memiliki ciri lurus aqidahnya, benar ibadahnya, bagus akhlaqnya, luas wawasan dan ilmunya, memiliki keterampilan hidup serta kuat fisiknya. Pendidikan dan pengajaran yang memadukan keenam unsur diataslah yang dituntut kepada seorang guru untuk mencetak dan melahirkan generasi-generasi emas masa depan, sebagaimana generasi-generasi emas yang pernah lahir dirahim ummat ini yaitu generasi terbaik (khaira ummah), generasi sabahat para salafussholeh.

Tentu saja mewujudkan generasi emas tidak bisa hanya dengan modal kecerdasan intelektual semata, hanya transfer ilmu kepada murid-muridnya, melainkan harus dengan keteladanan dan nilai-nilai yang sudah menjadi kharakter dalam diri seorang guru tersebut. Guru hebat itu guru yang juga terus belajar dan memperbaiki diri sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran ….karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya (QS.Ali Imran : 79).

Generasi emas itu tentu saja akan lahir dari kharakter gurunya, bukan saja dari keluasan ilmu gurunya. Oleh karenanya menjadi guru emas tentu saja harus menjadi prioritas bagi seorang guru agar dia bisa melakukan transfer secara menyeluruh (mutakamil) kepada peserta didiknya, sebagaimana sebuah ungkapan mengatakan : Jika kamu tidak memiliki maka mana mungkin akan bisa memberi.

Maka tidak ada pilihan mewujudkan generasi emas, maka panduan utamanya adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Panduan inilah yang dipakai Nabi Muhammad Saw dulunya untuk mencetak generasi emas shahabat. Tentu saja dua panduan ini harus menjadi rujukan utama para guru hari ini dan masa depan kalau ingin melahirkan generasi-generasi terbaik di akhir zaman ini.

Kondisi zaman yang kita rasakan dan anak-anak hidup dizaman seperti itu hari ini, maka mewujudkan generasi-generasi emas sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw adalah sebuah kemestian. Generasi-generasi yang akan mengambil alih peradaban ini dan mengembalikan manusia kepada fitrahnya, kepada Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Hari ini manusia sudah banyak yang keluar dari fitrahnya, meluasnya dan merajalelanya kemaksiatan, kehidupan generasi muda yang sudah sangat jauh dari nilai-nilai agama islam, orang tua yang sudah tidak peduli lagi dengan nilai-nilai agama anaknya, akibatnya terjadinya pergaulan bebas, narkotika, guru yang tidak faham lagi bagaimana membangun kharakter anak didik karena hanya disibukkan dengan transfer ilmu semata tanpa adanya ruh dan penanaman nilai-nilai agama.

Berikutnya, guru masa depan itu adalah seorang pembelajar sejati. Seorang guru harus mampu menyesuaikan ilmunya dengan perkembangan zaman. Ciri-cirinya suka membaca buku, siap untuk selalu belajar, secara berkala membuat lesson plan sebelum mengajar, berusaha meningkatkan kreatifitas, suka tantangan, mau mempelajari hal-hal baru, bersikap terbuka (open mind), dinamis dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru.

Hal ini sangat penting bahwa guru harus selalu belajar untuk meningkatkan kualitas dirinya. Ilmu-ilmu terkait psikologi, sikap dan tingkah laku manusia terus berubah dan berkembang. Ilmu pengetahuan juga terus menerus diperbaharui. Maka tidak ada alasan bagi guru untuk tidak bisa belajar dan menjadi pembelajar. Perkembangan zaman ini memungkinkan siswa bisa menjadi lebih cerdas dan kritis dari gurunya. Guru yang tidak bisa menjadi pembelajar yang cepat, lambat laun akan hilang dan terpinggirkan.

Inilah tugas berat guru masa depan untuk mengembalikan pendidikan kepada penananam nilai-nilai ilahiyah, memiliki pemahaman aqidah yang lurus, mampu beribadah secara benar sesuai tuntunan syariat, pendidikan yang menghasilkan generasi berkharakter islami, berakhlaqul karimah, memiliki ilmu dan wawasan yang luas, serta memiliki jiwa dan fisik yang kuat. Intinya pendidikan yang menjadikan manusia kembali kepada fitrahnya sebagai manusia hamba Allah swt.

Tugas berat guru ini akan menjadi semakin berat ketika lingkungan tidak mendukung, orang tua tidak mensupport. Oleh karenanya kerjasama semua pihak sangat diharapkan, baik dari diri anak peserta didik itu sendiri, orang tua di rumah, lingkungan masyarakat serta sekolah. Kerjasama ini harus terjalin satu sama lain dengan erat dan harmonis yang dilandasi dengan semangat ukhuwah islamiyah sehingga membangun generasi emas adalah sebuah kesadaran bersama akan kebutuhan kebutuhan ummat ini, kebutuhan peradaban ini akan generasi yang akan melanjutkan dan mengendalikan serta memegang kekuasaan dimasa mendatang. Semoga kerja-kerja kita ini dimudahkan oleh Allah swt dan amal ibadah ini menjadi pemberat timbangan kebaikan kita diakhirat kelak. Amiin

“Ketimbang memberikan pengetahuan, fungsi tertinggi seorang guru adalah lebih pada menstimulasi sang murid dalam kasih serta mengejar cita-citanya. Tahu bagaimana cara memberikan saran adalah seni mengajar”. (Henri Amiel)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Pak. Salam Literasi

23 Apr
Balas

Terima kasih buk

25 Apr



search

New Post